“Seorang pelukis membutuhkan cat untuk membuat lukisan yang indah , dengan gradasi semburat warna membuat lukisannya tampak nyata. Pilihan corak dan goresan-goresannya kadang hanya berawal dari sebuah inspirasi sederhana”. Seorang teman memberiku nasehat melalui sms, yang kurang lebih begitulah bunyinya.
Awalnya sulit memaknai taujih yang diberikannya, apa yang ingin ingin disampaikan melalui taujih itu. Ketika dimintai penjelasan pun sang pengirim pesan tak memberikan jawaban. Lalu ku coba memaknai taujih itu melalui sudut pandangku sendiri.
Hasil karya pelukis-pelukis besar yang ternama mempunyai nilai yang sangat tinggi. Namun lukisan itu tidak ujug-ujug (ujug-ujug = tiba-tiba, bahasa Jawa) jadi. Seperti menulis, melukis juga membutuhkan proses, mulai dari menentukan tema lukisan hingga menuangkannya menjadi bentuk yang dapat dinikmati oleh semua orang. Dan untuk menentukan tema, kadang sang pelukis mengalami kebuntu-an. Hal-hal kecil yang mungkin biasa-biasa saja terkadang malah dapat menjadi inspirasi hebat yang kemudian menghasilkan karya-karya indah yang dikagumi banyak orang.
Setelah karya indah nan mengagumkan dihasilkan, yang menjadi bintangnya adalah lukisan dan sang pelukisnya. Inspirasi maupun ide awal yang kemudian membuat sang pelukis membuat karya yang indah tak lagi diingat, bahkan orang juga tidak ambil pusing mengenai inspirasi yang melatar belakangi dihasilkannya lukisan tersebut. Salah kah orang berfikir seperti itu? Tidak juga, karena mungkin begitulah sunatullah-nya.
Begitu pun dalam dakwah ini. Tidak semua menjadi sang pelukis yang dapat menghasilkan strategi-strategi dakwah yang cemerlang, harus ada orang-orang yang “hanya” berperan sebagai isnpirasi bagi sang pelukis. Haruskah kecil hati ketika kita hanya mampu menjadi isnpirasi bagi orang lain, yang bahkan kita sendiri tidak menyadarinya..?! Tentu saja tidak, kawan…. Yang harus kita lakukan adalah terus menerus beramal, meski kita bukan bintang utamanya. Jangan pernah berhenti beramal karena meski amal kita masih kurang tepat untuk saat ini, siapa tau amal kita bermanfaat di masa yang akan datang atau bahkan menginspirasi orang lain untuk menghasilkan amal yang sesuai dengan masa yang dihadapi. Dan ingatlah bahwa Allah Maha Adil, Ia tak akan lalai menilai pekerjaan kita. Beramal dan teruslah beramal, karena kita tidak pernah tau amal mana yang kemudian menghantarkan kita pada ke-ridho-an Nya. Wallahu’alam wastaghfirullah.
Senin, 12 Juni 2006
Pelukis dan Melukis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar