"selamat membaca tulisan yang disuguhkan tuk semua pembelajar sejati yang mengunjungi blog sederhana ini, thank's for visiting my blog"

Minggu, 27 Agustus 2006

Ikhwan Dambaan

Bonds of Love-nya Raihan mengalun dari HP, menandakan ada pesan yang masuk. Kubaca sms yang baru kuterima, hhmmm….sebuah pertanyaan dari seorang teman yang membuat dahiku berkerut. “Ukhti, ikhwan dambaan akhwat itu seperti apa sih?” kira-kira begitulah pertanyaannya. Dan tentu saja jawabannya relative, tergantung siapa yang ditanya. Dan kalo’ bisa sih tentu saja semua orang akan berharap yang terbaik; agamanya, facenya, keturunannya dan hartanya. Saya rasa semua orang ga bakal nolak kalo’ Allah ngasi yang kaya’ gitu, hehehe…8x.


Kembali lagi kepada pertanyaan yang dilontarkan teman saya itu; seperti apa sih ikhwan dambaan akhwat? Dan sekali lagi saya katakana bahwa jawabannya relative, tergantung siapa yang ditanya. Kriteria ideal saya dan sahabat dekat saya aja berbeda, jadi ga bisa disamakan. Jawabannya akan sangat bergantung pada karakter dan kebutuhan si akhwat dan yang menjadi kata kunci adalah bagaimana ia memandang hidup dan pernikahan yang menjadi bagian dari hidupnya itu.

Namun, terlepas dari seperti apa kriteria pasangan dambaan kita bahwa setiap orang telah menetapkan orang yang tepat untuk kita dan ia akan datang pada saat yang tepat yang telah Allah tetapkan pula, terlepas apakah orang yang telah Allah tetapkan itu adalah kriteria dambaan kita atau tidak. Kadang kita harus bisa berdamai dengan taqdir yang sering kali tidak sesuai dengan yang kita harapkan, tapi yakinlah bahwa Allah selalu memberi yang terbaik bagi setiap mu’min.

Dan jika sekali lagi saya ditanya tentang bagaimana ikhwan dambaan akhwat, saya akan katakan bahwa siapapun yang Allah tetapkan bagi wanita-wanita shalihah itu, insyaAllah mereka termasuk orang-orang yang selalu mensyukuri apa yang telah Sang Pemilik Jiwa tetapkan untuknya. Jangan tanya lagi seperti apa ikhwan dambaan mereka karena jauh di lubuk hatinya, wanita itu telah menyediakan ruang kosong di hatinya untuk seseorang –entah siapa dan di mana—untuk dicintai pada saat dan waktu yang telah dihalalkan. Dan percayalah bahwa para akhwat itu telah memulai pembelajaran untuk menghormati, menghargai dan menerima seseorang yang telah Allah tetapkan untuknya –entah siapa dan di mana—sejak ia mengerti perintah untuk menjaga diri dan kehormatannya. Wallahu'alam wastaghfirullah.....

---utk seorang teman yg bertanya, afwan ...bukan ga mau jawab tapi kaya'nya pertanyaan senada ga perlu ditanyain deh...----
Selengkapnya...

Sabtu, 26 Agustus 2006

Pengamen Yang Bersemangat

Sontak aku menurunkan buku yang tengah kubaca, suara lantang seorang wanita yang mengamen tepat di depan toko membuyarkan konsentrasi. Detik selanjutnya, wanita itu kemudian menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar pasar. Entah karena suaranya yang lantang dan bersemangat atau karena lirik lagu yang dinyanyikannya. Dari irama yang didendangkan dan dari kecrek-an yang ditepuk-tepuknya, aku yakin wanita itu tengah menyanyikan lagu dangdut. Jujur saja, aku sangat tertarik pada bait-bait lagu yang dinyanyikannya; bercerita tentang jalangnya zaman dan kemaksiatan yang meraja. Heey….kurasa muatan lagunya bagus juga, mengajak para pendosa dan pelaku maksiat untuk bertobat sebelum Allah murka dan memasukkan mereka ke neraka.


Sepeninggal pengamen itu aku berfikir, kalo’ bisa merekrut pemuda-pemuda yang berprofesi sebagai pemusik jalanan pasti seru. Mereka bisa berdakwah lewat lagu yang mereka nyanyikan atau seru juga tuh klo ada ikhwan yang punya nyali ngamen di bis-bis untuk kampanye-misalnya.

Subhanallah….meski pengamen tadi dikatakan tidak begitu sempurna akalnya –kurang waras—tapi bisa menyampaikan kritik sosial, lalu di mana nurani pejabat-pejabat kita ketika melihat kemaksiatan itu di depan mata..?! Dan semoga kita –yang katanya lebih waras— selalu punya nyali untuk mengatakan bahwa yang haq itu adalah haq sedangkan yang batil itu adalah batil.
Selengkapnya...

Ternyata Begini Rasanya Bekerja

Dari Al-Miqdam Ibn Ma’di Karib, dari Nabi SAW., beliau bersabda :
“Tidak ada sama sekali orang yang memakan makanan lebih baik daripada memakan dari hasil usahanya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah Dauh AS. adalah memakan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari)


Genap sepekan aku membantu seorang teman ibu yang meminta tolong mengelola toko obatnya. Jangan ditanya bagaimana aku bisa bekerja di sana, tapi tanyalah bagaimana perasaanku. Awalnya ragu menerima tawaran itu, ga nyambung banget dengan ilmu yang kutekuni di kampus merah. Dengan jam kerja yang hanya setengah hari, tugasku hanya membantu menjaga toko obatnya itu, mengawasi pegawainya dan memanajemen keluar-masuknya barang. Karena memang sebagian besar waktu pagiku senggang maka kuputuskan menerima tawaran itu –belajar mandiri githuu…--, hitung-hitung belajar bisnis –katanya pengen punya cafĂ©—Di waktu yang hampir bersamaan, lamaran untuk mengajar di salah satu lembaga pendidikan pun mendapat tanggapan positif. Sekarang aku memiliki kesibukan baru; pagi jaga toko dan sore mengajar. Belum lagi ditambah dengan amanah di beberapa lembaga dakwah, subhanallah….rasanya ga ada waktu luang untuk sekedar meluruskan punggung.

Sebenarnya ingin mengundurkan diri saja dari lembaga pendidikan itu karena toh honorarium yang kuperoleh ga begitu besar, tapi karena letaknya di wilayah DPC jadi sayang banget kalo’ dilepaskan –sarana rekrutmen yang strategis githuu..—

Tapi ada satu hal yang membuatku sedih, seringkali jadwal kerja membuatku melewatkan acara-acara jamai’i. Sekarang aku tau gimana rasanya ga bisa ikut agenda jama’i ataupun bisa ikut tapi ga maksimal. Dulu waktu masih kuliah sering kali berfikir kalo’ temen-temen liqo’ yang udah kerja ga mau sedikit berkorban supaya waktu ketemu bisa match atau berkorban untuk bisa menghadiri agenda-agenda jama’i. Dan sekarang, aku yang merasakannya…. Harusnya mereka-mereka dikasihani, karena bukan mereka ga ingin hadir tapi memang dilematis ketika memang kondisinya ga memungkinkan untuk izin. Alhamdulillah Ibu pemilik toko yang kukelola orangnya hanif jadi tetap bisa sholat dhuha’, sholat tepat waktu bahkan bisa izin ketika adik-adik memintaku mengisi acara diskusi di kampus. Semoga ke depannya tetap Allah mudahkan,amiin…..

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)

---koq rasanya ga teratur sih menuangkan idenya?! Pinter2 yg baca deh menangkap apa yg mau disampaikan----
Selengkapnya...

Kue Bulan dan Keberkahan

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah
(QS.Al Baqarah : 172)


Kumasukkan potongan terakhir kue bulan ke mulutku dan kembali mengunyah potongan terakhir yang terasa begitu nikmat. Kue bulan yang kubeli dari bapak berjenggot di pasar Parit Baru ini memang berbeda dengan yang dijual oleh pedagang kue bulan lainnya. Selain rasanya yang memang lebih enak dan gurih, isinya juga bervariasi, tidak hanya isi kacang dan selai srikaya saja tapi juga ada rasa coklat dan keju. Tapi bukan kelezatan kue bulan yang ingin saya bicarakan, tapi tentang keberkahan kue bulan yang dijual bapak berjenggot itu.

Suatu sore ketika pulang dari arisan di kantor bapak, ibu singgah untuk membeli kue bulan tapi ternyata ibu ga menemukan si penjual. Pedagang kue bulan yang di sebelahnya bilang kalo’ yang jualan lagi sholat maghrib. Tidak ada yang menggantikannya menjaga dagangannya, mungkin juga dia menitipkan dagangannya pada sesama penjual kue di sebelahnya. Dan sejak saat itulah kami menjadi langganan bapak berjenggot itu. Subhanallah….kepasrahannya pada Allah untuk memenuhi Panggilan Sang Pemberi Rezeki, beliau meninggalkan dagangannya begitu saja. Tanpa ada rasa takut pembelinya berkurang atau khawatir dagangannya di ambil / dicurangi orang. Mungkin keberkahan itu Allah berikan pada si bapak berjenggot dengan rasa nikmat yang berbeda pada kue bulan buatannya. Rasanya aku juga menemukan jawaban dari pertanyaan kenapa aku lebih suka masakan ibuku daripada masakan yang dibeli di rumah makan; karena ibuku memasaknya dengan cinta dan do’a, beliau ga mengharapkan apapun kecuali agar masakannya akan memberi kekuatan untuk suami dan anak-anaknya dalam melakukan amal kebaikan.

Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mu’minuun : 51)
Selengkapnya...

Untuk Suami Sahabatku

Kuserahkan sahabatku padamu,
ia adalah orang yang berarti dalam kehidupanku

kini ia adalah sahabat yang akan menemani hari-hari penuh perjuangan milikmu

perlakukanlah ia dengan baik sebagaimana aku bersikap baik padanya

jagalah perasaannya sebagaimana aku selalu berusaha menjaga perasaannya



ajarilah ia dengan hikmah, sebagaimana kami saling nasehat menasehati dalam kebaikan dan kesabaran….

Syurga atau neraka untuknya ada padamu,

maka ajarilah ia untuk dapat menjadi layak dihadapanNya –seperti yang ia harapkan dalam visi hidupnya—

Temanilah ia dalam perjalanan mengetuk pintu SyurgaNya….

Kini ia adalah sahabatmu…..

Welcome to her life…..

Barakallahu laka wa baroka ‘alainaka wa jama’a bainakuma fii khairiin…
Selengkapnya...

Kado Istimewa Untuk Seseorang yang Istimewa

Pernikahan sahabatku tinggal beberapa hari lagi, bingung mau kasi kado apa. Kasi buku, ehm….kamarnya aja isinya buku semua, lebih mirip perpustakaan mini dibandingkan kamar. Khawatir juga sahabatku itu udah punya buku yang nantinya kuberikan padanya. Kado lain? Apa ya….?! Rasanya tidak ada sesuatu yang lebih disukainya ketimbang buku. Akhirnya aku memutuskan memberinya sebuah buku, meski belum menemukan pilihan buku yang tepat sebagai hadiah yang mengesankan. Tapi buku apa yang belum dimilikinya? Buku-buku seri pernikahan atau pendidikan anak, hampir semua dimilikinya. Bingung…..

Tapi rasanya memberi buku ga ada spesialnya, aku ingin memberi sesuatu yang istimewa di hari istimewa untuk salah seorang yang istimewa dalam kehidupanku. Dan kemudian Allah mengilhamkan sebuah ide; meminta Sakti Wibowo –salah satu penulis yang kami (sahabatku dan aku) kagumi karya-karyanya—untuk membuatkan puisi untuk sahabatku itu. Karena pemakaian pulsaku bulan ini terasa besar, maka kuputuskan untuk meminta kesediaan Mas Sakti via sms, dan…..tidak ada balasan. Kuputuskan untuk menelfonnya besok pagi, “karena operatornya sama jadi bisa telfon murah besok pagi-pagi” pikirku. Esok paginya sampai batas waktu “telfon murah” habis, HaPe-nya Mas Sakti masih belum aktif juga. Sempat ragu menghubungi beliau via telfon, “tagihan bulan ini bisa bengkak” batinku. Tapi aku segera menepis keraguan itu, aku mencintai sahabatku karenaNya dan membuatnya bahagia tentu merupakan sebuah kebaikan. InsyaAllah diganti Allah deh untuk bisa bayar tagihan… –dan ternyata Allah bayar cash, sore harinya aku mendapat panggilan dari PRIMAGAMA untuk mengajar di lembaga pendidikan itu, Allahu Akbar…-- kucari nomer HP Mas Sakti di deretan phonebook HP ku; SW, yup ini dia. Sambutan hangat dari penerima telfon membuat debaran jantungku mereda –ternyata SW ramah buangeet!—kekhawatiran bahwa beliau menolak permintaanku ternyata tidak terbukti. Alhamdulillah….Mas Sakti bersedia membuatkan sebuah puisi untuk kado pernikahan sahabatku. Singkat cerita, karena satu dan lain hal akhirnya Mas Sakti mengirimkan dua buah cerpen sebagai kado pernikahan dan cerpen itu menjadi kado tambahan sebuah buku berjudul “Kado Pengantin”. Semoga itu menjadi kado istimewa untuk anti dan (calon) suami anti. Barakallahu laka wa baroka ‘alainaka wa jama’a bainakuma fii khairiin….
Selengkapnya...

Minggu, 20 Agustus 2006

Gapura dan Realitas Masyarakat

Seperti tahun kemaren, peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia memberi nuansa “pesta rakyat” yang meriah. Begitu juga dengan di Pontianak, ada sebuah lomba yang dilakukan dalam rangka 17’an ini; lomba gapura hias.


Gapura yang dinilai paling bagus akan keluar sebagai pemenang. Berbagai model dan kreasi gapura dibuat, dari yang sederhana sampai yang terkesan “wah” dan tentu saja gapura yang dibuat menjadi simbol kondisi masyarakat yang tinggal di lingkungan itu. Entah berapa dana yang dikeluargan warga untuk urunan (baca: sumbangan) mendirikan gapura tersebut –miris klo dibandingkan dengan perolehan hasil sumbangan untuk agenda-agenda dakwah atau hari besar Islam—dan tentu saja kondisi ini sangat bertolak belakang dengan kondisi riil di masyarakat. Bagaimana mungkin kita bisa saingan bikin gapura secantik mungkin tapi jauh di pemukiman Telaga Biru banyak anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena tidak mempunyai biaya, jauh di daerah Kuala Dua dan daerah lainnya para wanita kepala keluarga (baca: janda) bersusah payah mempertahankan kelangsungan hidup diri mereka dan anak-anaknya. Lalu di mana letak pemerataan pembangunan, di mana letak keadilan…?! Kini saatnya melayani negeri..!!! –tema 17’an DPC --
Selengkapnya...

Selasa, 01 Agustus 2006

Kali Ini Bingung Memberi Judul….

Siang tadi aku memeluknya erat, sangat erat dan rasanya tak ingin melepaskan pelukanku. Sambil terisak aku berbisik padanya “seperti yang desi bilang kemaren, kehidupan sesungguhnya telah dimulai kak….”, tak kuasa menahan bulir bening yang berlomba keluar dari pelupuk mata yang terasa sendu. “Janganlah melepas kakak dengan tangis, lepaslah dengan senyum” jawabnya setengah bercanda. Kulepaskan pelukanku darinya sembari pura-pura merajuk.

Belum sampai satu pekan sejak kami membicarakan persiapan pernikahan rekan sesama pengurus KAMDA, saat itu ia berkata “tak terase, kita’ dah pade besa’ dah….” (baca: ga terasa, sekarang kalian udah pada dewasa”. Kami lalu mengingat masa-masa perjuangan di dakwah kampus, suka dan duka yang kami alami bersama.

Ya….waktu memang berlalu begitu cepat, kami bukan lagi adik kecil yang harus diperhatikan oleh kakak2 atau abang2 senior, bukan pula anak yang bisa bersembunyi di ketiak ibunya ketika melakukan kesalahan. Kami; aku dan teman-teman se-angkatan kini sudah mencapai fase dewasa di mana kami harus bisa bertanggung jawab sendiri. Kini, satu per satu memulai kehidupan yang sebenarnya.

Bulan kemarin Agus; Ketua Departemen Kebijakan Publik yang ditugaskan ke luar kota dan Dedee; bendahara KAMMI Daerah Kal-Bar juga diterima di Kejaksaan meski belum menerima SK penempatan tapi sepertinya juga akan meninggalkan Pontianak. Masih di bulan yang sama Dian, sahabatku sejak SMU yang kemudian jadi salah satu staff kaderisasi menikah. Bulan ini giliran Kak Yeyen; sekretaris KAMMI Daerah KalBar, meski ga se-angkatan tapi karena amanah dakwah kami jadi akrab, beliau ketrima program beasiswa S-2 di UI. Dan awal bulan depan, sahabat dekatku, salah seorang staff kaderisasi juga akan menikah, kemungkinan akan ke luar Pontianak juga. Sebentar lagi mungkin akan menyusul sahabat-sahabat lain yang pergi; mungkin Mushar, Ketua Departemen Kaderisasi yang pulang kampong ke Depok atau Huda, Ketua KAMMI Daerah KalBar yang pulang ke kembali ke tempat asal di Jakarta. Waaah…..siapa dunk yang tersisa…?!?! Jadi tambah sedih deh….

Rasanya tak ingin menyudahi munajatku selepas sholat maghrib, terbayang wajah saudara-saudara seiman. Do’a tulus untuk mereka mengalun dari lisan ini. Meski akan ada yang terasa hilang nantinya, tapi ini adalah sunatullah yang harus dilalui. Tidak setiap pertemuan mencerminkan kedekatan hati dan tidak setiap perpisahan berarti menjauhkan hati. Ukhuwah adalah saling mencintai dan mengasihi dalam ikatan tali agama Allah. Bertemu dan berpisah karena Allah…… Ana ubibbukum fillah…. Ku tutup do’a yang kupanjatkan dengan sebuah pinta :“Ya Waduud, sampaikan salamku pada saudara-saudara yang kucintai karenaMu. Sampaikan pada mereka dengan caraMu yang paling indah, bahwa aku mencintai mereka karenaMu. Ya Allah…berilah kami keistiqomahan menapaki jalan dakwahMu, di jalan inilah kami dipersaudarakan dan di jalan ini pulalah kami berazam tuk menggapai Jannah-Mu. Rabb…pertemukanlah kami kelak di Jannah-Mu bersama Rasulullah, para sahabat dan orang-orang mu’min sebelum kami. Amiin…..”

kamar biroekoe, 310706 --catatan untuk para sahabat, untuk seorang kakak; selamat jalan saudariku, selamat berjuang membangun mimpi-mimpi menegakkan kegemilangan panji-panji Islam. Ana uhibbuki fillah kak…….--

Selengkapnya...

Special Guest

Hey..hey…ini dah masuk bulan Rajab berarti bulan depan Sya’ban trus…… jreng….. Ramadhan is coming!!!!!

Ehm….mulai sekarang dah harus disiapin negh, Ramadhan kali ini persiapannya harus maximal, mulai dari pra, pas dan pasca-nya. Ihiiks...evaluasi yang kemaren-kemaren, blum bisa khatam sampe tiga kali. Trus….ga bisa I’tikaf di 10 hari terakhir, huaaa…..sedihnya…!!! So, tahun ini ga boleh terulang! Setidaknya tidak gagal untuk merencanakan, wong tahun kemaren jalan-in target tanpa persiapan matang coz nyadar Ramadhan tinggal bentar lagi. Yah..wajar aja hasilnya mengecewakan, klo orang Melayu bilang “geram tak belawan”, kesel tapi ga bisa ngapa-ngapa-in. Tahun ini musti suksesss…. and make Allah proud of you, des.. Ya Allah, sampaikan umurku untuk menyambut tamu istimewa itu dan berilah hamba kesempatan untuk menikmati Ramadhan kali ini (moga Ramadhan kali ini lebih, lebih dan jaaauuuuuuh lebih baik dari Ramadhan yang lalu serta lebih berkah tentunya, amiin…..)
Selengkapnya...