Kadang hati ini diliputi gundah, ketika dakwah tengah memasuki era sya’bi tak dapat dipungkiri bahwa hal ini juga mempengaruhi pola interaksi kita pada masyarakat. Kita --para da’i— dituntut untuk dapat mentransformasikan nilai-nilai Islam dengan bahasa yang dapat difahami oleh masyarakat berbagai kalangan dan usia, apakah itu lelaki ataupun wanita. Segi positifnya adalah para da’i tumbuh menjadi sosok yang begitu dekat dengan masyarakat sehingga mereka tidak begitu mengalami hambatan dalam menyampaikan nilai-nilai kebenaran sebagaimana awwalun mereka yang sering kali mengalami kesulitan dalam berdakwah karena dicurigai membawa pahan atau aliran yang menyesatkan. Meskipun dapat kita lihat perbedaan kualitas penerus yang mereka bentuk. Tapi bukan kualitas penerus masing-masing generasi pelaku dakwah ini yang ingin saya bicarakan.
Yang membuat gundah itu sering hadir adalah ketika saya dengan sangat mudah mendapati wajah saudari-saudari seiman yang saya cintai di dunia maya, yang tentu saja tidak hanya diakses oleh kaum hawa. Jika akhwat-akhwat era 90’an begitu kalang kabut mengatahui fotonya tercecer di tempat umum, akhwat era sekarang malah dengan sadar mencecerkannya di tempat umum (situs-situs jaringan persahabatan misalnya). Mungkin saudari-saudariku yang dicintai Allah itu tidak bermaksud “memamerkan diri” dan saya yakin insyaAllah niat mereka tidak jelek, namun tidak semua orang menyambut niat yang baik dengan respon yang baik juga. Mengingat tidak semua orang yang mengakses internet itu faham akan keutamaan menahan pandangan, pun yang telah faham tidak menutup kemungkinan melakukan kekhilafan karena mereka hanya manusia biasa dan karena syaitan akan selalu mencari celah untuk menikung manusia, mereka tidak akan pernah berhenti menggoda anak adam.
Ukhti fillah, tidak menutup kemungkinan orang-orang yang tidak bertanggung jawab di luar sana menikmati wajah manismu. Bahkan ketika jelas Firman Allah :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : “Hendaklah mereka menahan pandangannya” (An – Nur: 30).
Mereka; para ikhwan adalah saudara kita dan sesama saudara seiman tentunya kita harus saling menjaga. Dengan menjaga diri kita, itu juga membantu mereka. Ukhti fillah ketahuilah bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda :
“Sesungguhnya perempuan itu apabila menghadap, ia menghadap bersama-sama dengan setan. Dan jika ia membelakang, ia membelakang bersama- sama setan”.
Bukan berarti kaum hawa itu sama dengan setan, sabda Rasul ini menjelaskan bahwa setiap bagian dari perempuan itu menarik, dipandang dari sisi manapun perempuan memiliki keistimewaan yang jika para laki-laki tak menahan pandangan dan hati mereka, melihat perempuan bisa jadi membawanya pada jalan setan atau minimal menotori hati mereka karena terbayang wajah manis yang dilihat. Tentu kita tidak mau menjadi penyebab jatuhnya saudara kita itu pada jalan setan kan…?!?!
Kalau para ikhwan kelewat sering melihat foto akhwat-akhwat yang mengudara di dunia maya, bisa-bisa rusak hati mereka karena keseringan melihat yang tidak berhak dilihat. Lagipula tidak ada kepentingannya toh melihat foto-foto itu…?!?! Ukhti fillah, yang perlu kita ingat adalah bahwa kelak para ikhwan itu akan menjadi suami teman sehalaqoh kita, suami sahabat kita atau saudara kita yang kita cintai karenaNya. Relakah kita jika suami orang-orang yang kita cintai (atau bahkan kelak menjadi suami kita) itu adalah sosok lelaki yang mengumbar (baca:tidak menahan) pandangannya…?!?! Tanyakan pada hati nuranimu…….
kamar biroekoe@ied el Adha 1426 H
Rabu, 07 Juli 2004
Surat Terbuka Untuk Para Ukhti
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar