"selamat membaca tulisan yang disuguhkan tuk semua pembelajar sejati yang mengunjungi blog sederhana ini, thank's for visiting my blog"

Sabtu, 24 Maret 2007

Untuk Sebuah Cita

Mozaik indah para syuhada tebarkan rindu aroma Firdaus,
nyanyian rindu para mujahid getarkan hati yang rindu pertemuan dengan Sang Pemilik Jiwa...
Cerita heroik pejuang fisabilillah gelorakan semangat jihad dalam dada,
derita saudara seIman yang teraniaya oleh yahudi laknatullah membuat tangan mengepal,
ingin rasanya ikut menghancurkan kera dungu dan hina yang telah menghinakan Islam..!!


Kesyahidan seorang ibu muda bernama Reema --pelaku bom syahid wanita pertama dari Brigade Izzudin Al-Qossam-- mengajarkan pada kita tentang cinta, pengorbanan dan kesetiaan pada Agama dan Rabbnya....

Ketegaran Ibunda Khansa adalah tauladan bagi setiap ibu yang (akan) melahirkan generasi-generasi Rabbani, penerus perjuangan suci...

Duhai Sang Pemilik Waktu..........
Aku meridukan saat-saat itu,
saat di mana akan kupersembahkan putera-putera terbaik yang kudidik penuh cinta dengan Al-Qur'an sebagai Undang-undangnya,
sebagaimana Ibunda Khansa mewakafkan satu persatu putera tercintanya untuk menegakkan Panji Allah....
Aku rindu saat itu,
saat di mana aku akan menjadi penyemangat bagi kekasihku untuk selalu menjadi yang terdepan di medan laga, meraih kemenangan atau menyongsong kesyahidan...
Dan tentu saja aku sangat merindukan saat itu,
meraih syahidku....mempersembahkan jiwa dan ragaku demi kehormatan Islam,
menyongsong pertemuan dengan Sang Pemilik Jiwa....

Dan aku akan sangat merindukan pertemuan dengan kekasih dan putera-puteraku,
kami akan bercanda dan bercengkrama bersama dengan penuh kasih di tempat yang dinaungi Kasih sayang dan Cinta-NYA; Firdaus yang abadi.....

Dan sekarang yang bisa kulakukan adalah membangun jembatan untuk dapat meraih cita itu.....


laut_biroe@rindu Jannah-Nya.come
Jakarta, 18 Maret 2007

Selengkapnya...

Jumat, 09 Maret 2007

NEGERI DI AWAN

Kau mainkan untukku sebuah lagu tentang negeri di awan,
di mana kedamaian... menjadi istananya...
dan kini telah kau bawa aku...menuju ke sana....

Lantunan "Negeri di awan" dari Katon Bagaskara mengalun lembut dari nada sambung yang kupasang beberapa waktu lalu. Ada juga yang protes, kk jatuh cinta ya..?! [apa hubungannya...?! Tapi kembali lagi pada persepsi orang yang mendengarkan lagu tersebut...]. Tapi buatku lagu ini membuatku teringat pada sosok-sosok revolusioner yang mengajariku tentang arti perjuangan dan idealisme.
Yup, aku menganalogikan idealisme itu seperti negeri di awan. Bagi sebagian orang negeri di awan itu adalah sebuah tujuan yang harus diwujudkan meski dengan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Tapi bagi sebagian yang lain negeri di awan hanyalah mimpi di siang bolong..... Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh menapaki jalan menuju negeri indah nun jauh di awan seperti orang-orang yang mengerjakan hal konyol yang sia-sia...karena mereka tak mampu membahasakan negeri yang indah itukah, atau memang karena negeri di awan itu terlihat begitu abstak....?!
Memang bukan hal yang mudah untuk membangun komitmen dan idealisme tapi bukan berarti hal itu menjadi alasan bagi kita untuk menyerah pada sebuah kata bernama realitas. Bukankah seharusnya realitas yang ada memacu kita untuk menjembatani agar realitas yang terhampar dihadapan kita menjadi sesuatu yang setidaknya mendekati idealisme yang kita bangun dan harapkan....?!
Dan perjuangan itu akan terus berlanjut, selama nafas masih berhembus, berjuang dan marilah kita terus berjuang......!!!!
Selengkapnya...

Minggu, 04 Maret 2007

Ikhwah Juga Manusia

Temanku di kantor bercerita tentang mantan pacarnya sekarang, yang katanya seorang akahwat dan sampai sekarang masih “mengharapkan” pacar temanku itu untuk kembali merencanakan hidup dengan si akhwat itu. Temanku itu complain; dia kan akhwat, Des! Like you, seharusnya …. sampai di situ kalimatnya terputus tapi aku tau ke mana arah pembicaraannya.

Aku hanya bisa bilang pada temanku itu bahwa akhwat juga manusia biasa yang berpeluang berbuat kesalahan. Perkataanku di amiin-I oleh temanku yang lain yang di sapa dede (singkatan dari dedemit) oleh teman-teman satu tim ku yang lain. Dia menambahkan juga, sebandel-bandelnya…sedede-dedenya gue ga ada yang bisa jamin kan gue bakal masuk neraka dan sealim-alimnya orang juga belum tentu dia bakal masuk syurga.
Kutambahkan lagi, semua kembali lagi pada komitmen dirinya dan kedewasaan masing-masing personal. Idealnya sih…ya (kalimatku menggantung), tapi hidup ini kadang tidak se ideal yang kita inginkan. Sahabatku hanya menjawab lirih; iya siih…….

“…. Maka demi Allah yang tiada Tuhan selain dari pada Nya, sesungguhnya seseorang di antara kamu mengerjakan amalan ahli syurga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dengan syurga itu kecuali sehasta saja, namun ia didahului oleh ketentuan (takdir Allah), lalu ia melakukan pekerjaan ahli nerakamaka ia pun masuk neraka. Dan sesungguhnya salah seorang diantara kamu melakukan pekerjaan ahli neraka sehingga tidak ada jarak antara dirinya dengan neraka kecuali sehasta saja, lalu ia didahukui oleh ketentuan Allah atasnya, lalu ia mengerjakan pekerjaan ahli syurga maka ia pun masuk syurga.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kembali lagi pada tema bahwa ikhwah juga manusia, aku kembali teringat heboh berita poligami Aa’ Gym. Masyarakat –yang mayoritas kaum hawa—gencar mencerca pilihan sikap Aa’ Gym. Komentarnya hampir sama, senada dan seirama; semua lelaki emang sama!!! Nah loh, what’s wrong with poligami..?! Kenapa juga kalau Aa’ Gym menikah lagi karena calonnya cantik, emang salah..?! Manusiawi kan…?! Meskipun aku bukan salah satu fans-nya Aa’ Gym tapi aku termasuk orang yang tidak sepakat dengan opini yang kemudian berkembang di masyarakat umum; “usstadz koq sama saja…..”.

Permasalahannya utama dari kedua realitas di atas adalah ketika kita selalu menuntut orang lain untuk ideal tapi kita tidak menuntut hal yang sama pada diri sendiri. Coba sekarang paradigmanya dibalik, jangan menuntut orang lain menjadi manusia langit tapi cetaklah diri kita --anda dan saya—menjadi manusia-manusia langit sejati dan kemudian ajaklah masyarakat untuk bergabung pada komunitas manusia-manusia langit yang ada.

Kadang kita sibuk mencari-cari dan mencerca kesalahan orang lain tapi entah berapa banyak waktu yang kita luangkan untuk mewujudkan komitmen kita; meningkatkan kualitas diri dan keimanan. Mari bersama kita membenahi diri….meningkatkan kualitas diri dan keimanan pada Sang Sutradara episode panjang kehidupan ini. Berlomba menjadi yang terbaik di hadapanNya di yaumil akhir kelak…. Mari berjuang bersama dan tentu saja jangan lupa untuk saling mengingatkan, semangat.....semangat..!!!! ;)
Selengkapnya...

KonTemPLasi

Duhai jiwa, janganlah berduka...mari sejenak merenung.

Aku tau kau merasa takut kehilangan,

kehilangan sesuatu yang Allah titipkan sebagai proses pendewasaan dalam hidup dan pengkayaan akanmu, duhai jiwa.



Tapi tidakkah kita lebih takut lagi kehilangan Ridho dan KeberkahanNYA

kuperhatikan kau mulai menikmati sesuatu yang Allah titipkan itu..

Bukankah lebih baik jika kita mengembalikan titipan itu pada Pemiliknya,duhai jiwa....

--mengembalikan semua seperti ketika semua bermula--

meski aku tau kau tak lagi dapat belajar darinya.

Tapi ku rasa itu lebih baik bagimu, wahai jiwa.....

Ketimbang suatu saat Pemiliknya mengambil titipan itu,

justru di saat engkau tak lagi sanggup untuk merasa kehilangan………
Selengkapnya...

Epilog Rindu Dua Hati

Tak sempat kudesahkan rasa ketika kau beranjak,
tak banyak kuurai cerita saat kau harus berlalu….

Pada tetesan rindu yang terus menderasku,

kalahkan lara yang kuharap segera berganti hangat dekapmu


(L.said @ 02.02.07 : 20.48)



Lisan tak kuasa berucap,

ketika hati getarkan rindu….

Begitu banyak cerita ingin kuurai bersama,

tapi ketika tersadar hanya sepi yang kini menemani.

Aku hanya bisa berbagi dengan sepiku,

entah kapan berakhir…..

(D.said @ 02.02.07 : 21.10)


Dengarkan aku yang mencintamu,

teriakan hingga bisikan memekak lalu melirih…

Kau khusyu’ dalam sepimu,

seakan beribu rindu hanya meluruh terus melewati sunyimu…

Ingin menjamah tapi tanganku menggapai tak sampai.

(L.said @ 03.02.07 : 21.20)


Biarkan aku sejenak menikmati sunyi,

karena dengan begitu aku merenung dan mengambil pelajaran.

[speechless….. ]

(D.said @03.02.07 : 22.00)

Untuk seorang sahabat; ana uhibbuki fillah…. Tidak semua perpisahan mencerminkan jauhnya hati dan tidak setiap kebersamaan melambangkan kedekatan hati. Saling mendo’akan ya, Leot…. [lama ga melontarkan sapaan itu dan rindu sapaan kesayangan darimu ;) Don't worry honey,i'll be ok, insyaAllah.. Btw,kpn nih daku py ponakan?! :p Miz u.. ]

Selengkapnya...